Inilah Ciri Dari Brain Washing NII

Alhamdulillah setelah selesai blog walking dan mendapatkan teman-teman baru, saya kembali menulis postingan siang ini. Ada hal menarik yang saya lihat siang ini, tentang informasi brain washing (cuci otak) yang dilakukan oleh NII (Negara Islam Indonesia) dan tentunya hal ini sangat membahayakan semua orang. Dan inilah ciri brain washing NII yang sangat rapih.

Kelompok ini (NII) seolah tak terbendung saat melakukan aksinya, namun anda perlu waspada terhadap orang-orang sekitar anda. Siapa tahu mereka adalah korban dari brain washing (pencucian otak) dari NII. Inilah ciri dari brain washing NII yang sering dilakukan, sebagaimana dituturkan oleh mantan pejabat NII Adnan Fahrullah (40), yang bekerja untuk Komandemen Wilayah (KW) IX Al Zaitun.

Menurut Adnan, langkah awal yang harus perhatikan yakni kenali dulu pola kerja mereka. Di antaranya, pelaku cuci otak masih berusia produktif, antara 20 hingga 30 tahun. Bahkan, ada juga pencuci otak yang masih remaja.
“Biasanya mereka bergerak lebih dari satu orang, minimal dua orang,” sebutnya.

Pelaku, lanjutnya, mendekati calon korban terutama mahasiswa dan pekerja muda berduit. Untuk mencari mahasiswa, mereka datang langsung ke kampus-kamus, masjid kampus, perpustakaan.

Calon korban didekati secara persuasif. Jika calon korban merespons, pelaku akan meminta alamat dan nomor telepon korban. Selanjutnya, pertemuan akan rutin dijadwalkan hingga satu minggu.

Awalnya berbicara tentang minat calon korban, yakni seputar ke-Islaman tetapi dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Mereka juga mulai menerapkan doktrin mengkafirkan orang di luar kelompoknya, termasuk mengkafirkan pemerintah.

“Menurut mereka, pemerintah adalah thogut, berhala yang harus dihancurkan,” tuturnya.

Setelah calon korban terperangkap, NII langsung mengajak korbannya untuk dibaiat. “Setelah dibaiat, baru dilakukan penggalangan dana. Pokoknya, pola kerja mereka sistematis dan rapi,” ujarnya.

Dan untuk menangani brain washing NII tersebut ternyata tidak semudah yang dikira, perlu ahli psikologis khusus untuk mengembalikan kesadaran diri korban ke jalan yang benar. Namun, ingat kata pepatah "Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati". Untuk itu perkuat ibadah dan pemahaman akidah yang benar.

Oke sampai disini dulu yah, nanti kita lanjut lagi malam. Sibuk dikit sih, lagi ngurus yang satu lagi. hehehee

Comments