Laskar Pemimpi ala Project Pop

Laskar Pemimpi mampu menyita perhatian kita
semPATA News | Sukses sebuah grup musik tak hanya diraih dari mengolah suara mereka diatas panggung, namun mereka juga mampu berakting didepan layar kaca seperti bintang film lainnya.
Grup band Project Pop mampu membuktikan hal itu pada anda semua. Lewat film baru mereka yang berjudul Laskar Pemimpi, mereka akan menyita perhatian anda sejenak.

Berikut sinopsis tentang "LASKAR PEMIMPI"
Laskar Pemimpi berkisah tentang sekelompok gerilyawan amatir dengan latar belakang yang beragam. Mereka adalah Sri Mulyani (Tika Project Pop)gadis desa Maguwo yang lugu dan suka tidur, Dimas (Udjo Project Pop) keturunan ningrat yang manja, Tumino (Gugum Project Pop) peternak bebek dan Ahok (Odie Project Pop) seorang pedagang kecil keturunan Tionghoa. Mereka bergabung dalam pasukan gerilya pimpinan Kapten Hadi Sugito (Gading Marten) setelah menjadi korban Agresi Milliter Belanda II bulan Desember 1948.

Dalam pasukan gerilya yang bermarkas di desa Panjen itu Sri, Udjo, Tumino dan Ahok bertemu dengan Toar (Yosi Project POP) gerilyawan asal Manado yang matanya rabun dan Kopral Jono, playboy kelas teri yang pangkatnya sudah sering diturunkan oleh Kapten Hadi. Mereka ternyata ditakdirkan untuk berjuang bersama-sama sejak Letnan Kuyt yang memimpin sebuah regu pasukan KNIL menyerbu Panjen dan menawan Wiwid (Shanty) dan Yayuk (Masayu Anastasia).

Kejadian tersebut membuat keenam gerilyawan itu bertekad untuk membebaskan Wiwid dan Yayuk walau tidak mendapat restu dari pimpinan mereka. Maka, hanya dengan berbekal semangat dan informasi dari seorang prajurit KNIL yang sedang menderita gegar otak bernama Once (Oon Project Pop) mereka pun berangkat menuju markas Letnan Kuyt.

Setelah tiba di tujuan kenekadan keenam gerilyawan itu ternyata masih tidak mampu menandingi Letnan Kuyt dan pasukannya. Belum-belum mereka sudah terpojok dan malah ikut tertawan bersama Wiwid dan Yayuk. Untungnya, segera datang bantuan dari Panjen yang dipimpin tangan kanan Kapten Hadi bernama Letnan Bowo (T. Rifnu Wikana). Keenam gerilyawan dan para tawanan lain pun berhasil dibebaskan oleh Letnan Bowo dan pasukan gerilya Panjennya.

Tentu saja Kapten Hadi marah besar atas ulah Kopral Jono dan teman-temannya itu. Mereka dianggap tidak disiplin dan membahayakan rencana penyerbuan besar-besaran atas Jogja yang tengah disiapkan oleh pimpinan tinggi TNI. Akibatnya, Sri, Udjo, Tumino, Ahok, Toar dan Kopral Jono dipecat dari ketentaraan secara tidak hormat. Bahkan Once yang telah membelot ke pihak mereka pun dihukum oleh Kapten Hadi.

Ternyata semangat berjuang yang berkobar dalam diri mereka belum padam. Kesempatan untuk membuktikan diri datang tak lama kemudian melalui peristiwa serangan besar ke Yogya tanggal 1 Maret 1949 yang dipimpin Letkol Soeharto. Walau sudah bukan prajurit resmi lagi Kopral Jono dan anak buahnya diam-diam bergerak membantu pasukan TNI yang tengah terdesak menghadapi serangan KNIL.

Mereka bergerak sendiri untuk menghadang pasukan bantuan KNIL yang sedang menuju Jogja. Seperti sebelumnya mereka berangkat tanpa perencanaan yang matang dan kemampuan yang memadai. Namun, kali ini para pejuang itu sadar bahwa demi keberhasilan misi tersebut mereka harus siap mengorbankan nyawa. Mereka harus berjuang mati-matian untuk menghambat laju pasukan bantuan KNIL yang memiliki kekuatan berlipat-berlipat besarnya itu.

Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda. Anda juga bisa melihat informasi yang anda baca ini di kaskus

Comments