Siapa Yang Berani Menjadi "Mark Zuckerberg from Indonesia"?

Menjadi seorang Milyader diawali dari sebuah mimpi untuk menciptakan hal yang berbeda dengan keadaan yang orang lain lakukan saat ini. Dan saat ini Milyader muda dunia seperti Mark Zuckerberg dan Steve Jobs menjadi sorotan dunia dalam mengawali bisnisnya sehingga menjadi raksasa di dunia teknologi saat ini dengan omset hampir mencapai USD 100 Milyar. Untuk itu, di Indonesia telah ada sebuah tantangan Siapa yang berani menjadi "Mark Zuckerberg from Indonesia"?

John May, seorang penggiat angel investor yang juga managing partner dari New Vantage Group, menyatakan bahwa di sejumlah negara berkembang -- termasuk Indonesia -- para startup memiliki peluang besar untuk berkembang.

Tinggal bagaimana mereka menjabarkan ide-ide tersebut dalam bentuk nyata, disertai dengan modal yang cukup dan strategi bisnis yang mumpuni.

"Saya bisa bilang negara yang potensial untuk startup ini adalah Mesir dan Indonesia," tukasnya dalam wawancara dengan beberapa media di @America, Pasific Place, Jakarta.

Adapun sektor yang memiliki potensi lebih besar, lanjut May, adalah terkait industri mobile, media, telekomunikasi, hal-hal yang berkenaan dengan isu sosial, serta masalah kesehatan.

"Sebuah layanan dari startup yang dapat memberi solusi untuk menyelesaikan masalah itulah yang memiliki peluang besar," tukasnya.

Berburu Startup

Jika para penggiat startup merasa kesulitan untuk mencari modal, di sisi lain, para pemilik dana sejatinya juga tengah mencari sembari melihat potensi startup untuk dikucurkan modal. Salah satu yang tengah dikampanyekan Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) adalah angel investor.

Shinta Widjaja Kamdani, Vice Chair GEPI menjelaskan bahwa angel investor tidak seperti model investasi lain yang cuma mengucurkan dananya untuk dipergunakan oleh sebuah perusahaan yang ia pilih.

"Namun dalam skema angel investor itu, para investor ini juga bisa ikut berperan mengembang bisnisnya. Mulai dari merancang hingga mengelolanya. Jadi tidak cuma memberikan modal tanpa tahu apa yang dijalankan si penerima dana, tetapi tapi juga memberi arahan," jelasnya di tempat yang sama.

Pun demikian, perintis startup jangan lantas khawatir jika model investasi ini malah akan menyingkirkan mereka dari perusahaan yang digagasnya. "Untuk itu GEPI ada di sini untuk mengontrolnya. Adapun terkait kesepakatan kerja samanya, itu terserah mereka (investor dan startup-red.)," lanjut Shinta, yang juga menjadi Managing Director Shontesa Group itu.

GEPI sendiri berisi dari para pengusaha kelas kakap. Mulai dari Ciputra (Ciputra Group), Jakob Oetama (Kompas Gramedia), Chirs Kanter (Sigma Sembada), TP Rahmat (Tri Putra Group), Erwin Aksa (Bosowa), hingga Rachmat Gobel (Panasonic)

"Para investor tentu saja kini tengah mencari startup untuk mengalirkan modalnya. Jika Anda (startup-red.) tidak ada, maka sehari-hari kami hanya bermain golf," imbuh May.

Siapa yang Mau Menjadi Mark Zuckerberg?

Skema pendanaan angel investor tersebut kini tengah coba diperkenalkan GEPI kepada para pengusaha Indonesia. Dimana John May, yang merupakan pakar angle investor, diminta untuk sharing terkait hal ini.

Dalam acara yang digelar di @America, Pasific Place tersebut, John menjabarkan tentang perihal angel investor di hadapan lebih dari seratus audiens yang juga terhubung dengan Medan dan Surabaya.

Mereka terlihat begitu antusias. Terlebih ketika di awal acara, perwakilan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat meneriakkan kalimat penyemangat kepada para audiens.

"Siapa yang mau menjadi Mark Zuckerberg? Siapa yang mau menjadi Steve Jobs? Apple dan Hewlett-Packard dirintis dari sebuah garasi, dan kini sudah menjadi perusahaan raksasa. Siapa tahu hal itu bisa Anda lakukan juga," pungkasnya.

Comments